Inilah strategi MatahariMall untuk mengalahkan Rocket Internet di Indonesia

Inilah strategi MatahariMall untuk mengalahkan Rocket Internet di Indonesia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj96Xb282IAS1BeS8JW9yDKVhf8gr8hZASJjn-Jewl3IvJ4W-QujR5J_g4OVddUW_1FHCK3_iuUL0mDCedXYiy37rHtnTCJHImlQndrbTWI7fYDSkCyGDsfUCX1f6HWwJegqC5bvJlE-W8/s1600/Lowongan+Kerja+MatahariMall.png

Perwakilan Lippo Group, John Riady tidak terlihat di acara khusus-undangan Macquarie Indonesia Telecoms and Ecommerce Conference di Jakarta beberapa waktu lalu. Walaupun begitu acara ini tetap dihadiri oleh para pemain teknologi Indonesia termasuk perusahaan telekomunikasi besar di Indonesia dan Menkominfo Rudiantara. Alih-alih datang ke acara, John yang mengepalai kerjasama e-commerce terbesar di Indonesia, MatahariMall, tampak berfokus dalam membangun toko online tersebut.

Bulan lalu, Lippo Group Indonesia menyalurkan dana sebesar USD 500 juta ke dalam MatahariMall dengan harapan membangun sebuah website business-to-consumer yang akan menjadi “Alibaba-nya Indonesia” – seperti dikutip dari public relation perusahaan tersebut.

Sebagai cucu dari founder Lippo Group, Mochtar Riady, John adalah sebuah sosok high-profiledi dalam ranah bisnis dan media Indonesia. Dia adalah seorang remaja di masa kejatuhan Soeharto. Dengan minat awal terhadap politik, John belajar di Georgetown University Amerika Serikat, dimana ia belajar filosofi politik dan ekonomi sebelum kembali ke Indonesia dan membuat sebuah media lokal berbahasa Inggris, majalah GlobeAsia dan koran The Jakarta Globe. Dia lalu membeli Investor Daily Indonesia. Namun menurut John, “tidak ada uang yang bisa dihasilkan di media” saat ini, oleh karena itu ia mulai memindahkan fokus ke e-commerce.

Investasi ini merupakan salah satu yang diumumkan ke publik di ranah e-commerce Indonesia. Akan tetapi, sangatlah penting untuk dicatat bahwa MatahariMall bukanlah sebuah startup – secara harfiah – namun lebih sebuah bisnis perusahaan. Jadi tidaklah akurat untuk mengatakan bahwa investasi tersebut merupakan yang terbesar di ranah teknologi tanah air. Marketplace consumer-to-consumer Tokopedia masih bisa mengklaim gelar tersebut dengan pendanaan sebesar USD 100 juta yang mereka dapatkan dari Sequoia Capital dan SoftBank.

Lazada bukan pihak yang lemah
John mengatakan dengan lantang bahwa perusahaannya tidak merasa terintimidasi oleh Rocket Internet, yang bisa dibilang sebagai pemain startup teknologi paling agresif di Asia Tenggara.

Lazada Indonesia milik Rocket Internet – yang mungkin merupakan website e-commercebusiness-to-consumer terbesar di tanah air saat ini – kini akan mempunyai kapasitas lebih besar untuk meraup penjualan. CEO Lazada Group, Maximillian Bittner baru saja mengumumkan minggu ini bahwa Lazada akan menyerap sumber daya dan anggota tim Lamido, website e-commerce consumer-to-consumer. Awal minggu ini, kami melaporkan bahwa Lazada Group telah menerima pendanaan sebesar USD 686 juta, dan saat ini mempunyai valuasi sebesar USD 1,25 miliar. Namun dengan kantong tebal miliknya dan perpanjangan tangan di beberapa bisnis lokal, John tampak tidak peduli dengan hal tersebut.

“Saya tidak tahu apa yang Lazada sedang lakukan. Itu tidak mempengaruhi strategi kami,” ujar John. “Kami mempunyai budget yang lebih besar dari mereka dan kami mempunyai tim yang lebih baik […] Mereka mempunyai fokus di sembilan negara berbeda. Kami hanya berfokus di Indonesia. Kami sudah melakukan penjualan pada konsumen Indonesia selama 40 tahun terakhir. Kami tahu apa yang mereka mau, apa yang mereka akan beli, dan dalam rentang harga berapa.”


John mengklaim bahwa bahkan sebelum website mereka resmi diluncurkan, yang dia sebutkan akan terjadi akhir bulan ini, MatahariMall sudah mengumpulkan produk untuk dijual (SKU) lebih banyak dari perusahaan e-commerce di Indonesia lainnya. “Dari sisi sumber daya, kami merasa kewalahan dengan jumlah merchant yang ingin bergabung di dalam platform kami,” ungkap John. “Kami mendaftarkan sebanyak mungkin merchant dalam kurun waktu satu minggu dibanding pemain lain dalam kurun waktu 12 bulan.”

Akan tetapi, perlu diingat bahwa ketika berbicara mengenai e-commerce, lebih dari satu listing SKU dapat muncul untuk produk yang sama jika produk tersebut ditawarkan oleh lebih dari satu vendor. Sebagai contoh, jika baik itu Hartono dan toko elektronik lainnya menjual iPad Air di MatahariMall, maka itu dapat dihitung sebagai dua SKU. Mengingat hal tersebut, angka SKU yang besar dapat membantu seseorang menggambarkan skala dan seberapa banyak partner yang dimiliki oleh Lippo Group.

John tidak malu untuk mengakui angka tinggi SKU yang dimiliki berkat kepemilikan Lippo Group terhadap toko Matahari dan Hypermart, dan juga kerjasama yang dimiliki konglomerat ini dengan beberapa bisnis besar lainnya di Indonesia.

John mengatakan bahwa ia tidak mempunyai posisi untuk mengungkapkan jajaran tim MatahariMall. Namun, ia meyakinkan Tech in Asia bahwa ada beberapa “superstar” yang namanya akan diumumkan ke publik secepatnya. Kami tahu bahwa Yiping Goh, CEO All Deals Asia dari Singapura ada di dalam tim ini sebagai salah satu founder serta kepala produk dan teknologi.

Konsep dari MatahariMall mempunyai sebuah tim elit dan rahasia cukup menggugah dalam beberapa alasan. Yang paling utama adalah beberapa sumber telah menuduh Lippo mendekati beberapa pemain e-commerce lokal dan menawarkan gaji lebih banyak dua kali lipat jika bergabung dengan MatahariMall. Menanggapi hal ini, John dengan santai menyebut hal itu sebagai spekulasi. Ia berkata:


Ini adalah dunia yang kecil, bukan. Ini bukan sekedar ‘sini, saya gandakan gaji Anda, dan bergabunglah dengan kami!’ Ini adalah tentang sebuah visi untuk membangun perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia. […] Tentu saja semua pegawai kami sukses […] namun bukan hanya sekadar masalah menggandakan gaji.


Online-to-offline bisa jadi ramuan yang tepat
Mungkin argumen yang paling menarik tentang bagaimana MatahariMall dapat mengalahkan Lazada Indonesia di tanah air adalah bagaimana ia merupakan satu-satunya e-commerce yang menawarkan layanan online-to-offline (O2O). Serupa dengan apa yang dilakukan Walmart di Amerika Serikat beberapa tahun lalu, konsumen dapat membeli melalui website MatahariMall, kemudian masuk ke dalam toko Matahari dan mengambil barang mereka atau mengembalikan ketika ada masalah.

John tidak menyebutkan toko lainnya yang bisa diakses fitur O2O MatahariMall, namun jika memang website tersebut membatasi fitur ini ke 138 lokasi toko Matahari dan Hypermart, implikasinya akan sangat signifikan. Menurut John, ketika website tersebut diluncurkan beberapa minggu lagi, semua kota di Indonesia dengan populasi lebih dari 500.000 – dimana di situ terletak toko Matahari – akan bisa menggunakan fitur O2O.

Meskipun MatahariMall mempunyai kantung tertebal di Asia Tenggara dan kemampuan untuk menciptakan divisi baru dengan mudah, minggu lalu Lippo juga mengumumkan bahwa mereka telah memilih aCommerce untuk menangani kebutuhan perusahaan tersebut dan melakukan online marketing, sembari bertindak sebagai konsultan untuk operasi internal perusahaan.

Setelah melewati tahapan consumer-to-consumer yang dilakukan pemain lokal lain seperti Tokopedia dan BukaLapak, John mengatakan bahwa masa depan MatahariMall adalah untuk membuka peluang business-to-business, dan juga masuk ke dalam ranah e-commerce belanja harian. Untuk kebutuhan belanja harian, website ini akan bersaing langsung dengan website seperti HappyFresh, sebuah startup pengiriman belanja dan diluncurkan minggu ini di Jakarta serta Kuala Lumpur.

Akan tetapi, John tetap optimis bahwa ia bisa menikung toko online lokal. “E-commerce dan retail adalah permainan yang sangat lokal,” ujar John. “Jika Anda melihat ke negara lain, pemenangnya adalah pemain lokal. Saya rasa tidak ada tim lain di Indonesia yang bisa mengeksekusi strategi e-commerce lebih baik dari kami.”

(Diedit oleh T. R. Husada)
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Inilah strategi MatahariMall untuk mengalahkan Rocket Internet di Indonesia"